Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki) menilai industri alat kesehatan Tanah Air masih berpotensi menarik investasi baru.
Ahyahudin Sodri, Manajer Eksekutif Aspaki, mengatakan hal tersebut disebabkan porsi secara value produk alat kesehatan dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan produk impor, yaitu sebesar 8%.
"Karena share masih kecil, maka masih menarik [untuk investasi baru]. Apalagi, pemerintah lagi menggenjot produk-produk dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Selasa (6/3).
Kendati potensi industri alat kesehatan masih terbuka, investor masih ragu karena tantangan dan risiko masih besar. Ahyahudin menyebutkan industri alat kesehatan nasional belum matang dan masih perlu banyak dukungan dari pemerintah.
Untuk bisa meyakinkan investor untuk menanamkan modal di industri ini, dia menuturkan pemerintah harus memberikan insentif seperti kemudahan impor bahan baku dan insentif dari sisi pajak.
"Industri ini masih berdarah-darah, jadi butuh insentif," katanya.
Pasar industri alat kesehatan nasional pada 2018 diperkirakan mencapai Rp13,5 triliun. Nilai tersebut tumbuh sekitar 10% dibandingkan dengan tahun lalu.
Saat ini produk impor masih mendominasi sekitar 92% secara value karena industri dalam negeri belum mampu memproduksi alat kesehatan dengan teknologi tinggi.
Alat kesehatan produksi Indonesia didominasi oleh produk hospital furniture yang harganya lebih rendah dibandingkan dengan produk high technology, seperti ranjang pasien yang harganya berkisar antara Rp6 juta hingga Rp30 juta per satu unit. Bandingkan dengan 1 unit CT scan berharga Rp6 miliar hingga Rp8 miliar.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajoqq^^com...
segera di add Whatshapp : +855969190856